Doa Untuk Menjenguk Orang Sakit Arab Dan Artinya

Advertisement
Advertisement
Doa Untuk Menjenguk Orang Sakit Arab Dan artinya, assalamu'alaikum Wr.Wb.Puji serta syukur panjatkan kehadirat Allah SWT.Semoga kita senantiasa ada dalam lindungan-Nya Amiin.
Saya disini akan memberikan kajian untuk doa menjenguk orang yang sedang sakit, barang siapa diantara keluarga atau kerabat kita yang lagi sakit pasti dia akan memohon ingin lekas sembuh.

Doa merupakan salah satu memohon ampunan kepada Allah SWT.dimana orang yang membutuhkannya pasti ingin dikabulkan doanya, maka dari hal ini saya menyediakan kajian doa untuk kesembuhan orang sakit



Hal yang perlu diperhatikan dalam menjenguk orang sakit adalah memberikan kesenangan di hati orang yang sedang sakit, menyuguhkan apa yang dia perlukan, dan menasehati tentang derita yang ia alami. Anak kecil bila sakit juga harus dijenguk sebagaimana orang dewasa. Karena alasan mengapa menjenguk orang dewasa yang sakit juga ada pada anak kecil, seperti mendoakannya, meringankan penyakitnya dan merukyahnya dengan rukyah syar’iyyah.



Wanita dibolehkan menjenguk laki-laki yang sedang sakit meskipun mereka bukan mahramnya. Akan tetapi, dengan beberapa syarat seperti aman dari fitnah, menutup aurat, dan tidak bercampur-baur antara laki-laki dan perempuan. Jika syarat ini terpenuhi, maka seorang wanita dibolehkan menjenguk laki-laki yang bukan mahramnya atau sebaliknya, laki-laki menjenguk wanita.

Banyak yang merasa enggan menjenguk orang sakit yang tidak sadarkan diri, seperti pingsan berulang kali atau mereka yang sedang koma. Dengan beranggapan bahwa mereka tidak tahu keberadaan orang yang menjenguk dan tidak merasakannya. Ibnu Hajar berkata, “Hanya sebatas mengetahui antara orang yang sakit terhadap orang-orang yang menjenguknya bukan berarti syariat menjenguk itu tidak usah dilaksanakan. Karena di balik itu keluarganya akan mengetahuinya. Dan diharapkan keberkahan doa orang yang menjenguknya, dia memegang orang yang sakit, mengusap tubuhnya, dan meniupnya dengan dibacakan Al-Mu’awwidzat, dan lain-lain.”

Dalam Shahih Bukhari dan Muslim, dari Nu’man bin Basyir Radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَ تَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُدْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهْرِ وَالْحُمَّى،

“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, saling mengasihi, dan saling menyayangi adalah ibarat tubuh yang satu. Apabila salah satu anggota tubuh merasakan sakit maka seluruh anggota badan ikut merasakan panas dan demam.” (H.R Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat Muslim, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْمُسْلِمُوْنَ كَرَجُلٍ وَاحِدٍ، إِنِ اشْتَكَى عَيْنُهُ اشْتَكَى كُلُّهُ، وَ إِنِ اشْتَكَى رَأْسُهُ اشْتَكَى كُلُّهُ،

“Orang-orang Islam ibarat satu orang laki-laki. Apabila sebelah matanya merasakan sakit maka seluruh tubuhnya ikut merasakan sakit. Apabila kepalanya merasakan sakit maka seluruh tubuhnya ikut merasakan sakit.” (H.R. Muslim)

Karena itu dianjurkan menjenguk orang sakit untuk membantu meringankan bebannya. Hal ini merupakan hak mereka. Di dalam Shahih Muslim dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

حَقُّ اْلمُسْلِمِ عَلَى اْلمُسْلِمِ سِتٌّ، إِذَا لَقَيْتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، إِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَ إِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطِسَ فَحَمِدَ اللهَ فَشَمِّتْهُ، وَ إِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ، وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ،

“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada enam. Apabila engkau bertemu dengannya maka ucapkanlah salam kepadanya. Apabila dia mengundangmu maka penuhilah undangannya. Apabila dia meminta nasehat darimu maka berilah nasehat kepadanya. Apabila dia bersin lalu memuji Allah maka bertsymitlah (ucapkan Yarhamukallah), apabila dia sakit maka jenguklah dia, dan apabila dia meninggal dunia maka ikutlah mengantarkan jenazahnya.” (H.R. Muslim)

Telah datang dalam banyak nash tentang keutamaan menjenguk orang sakit dan besarnya pahala di sisi Allah. Imam Muslim meriwayatkan dalam shahihnya, dari Tsauban maula Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَائِدُ الْمَرِيْضِ فِيْ مَخْرَفَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَرْجِعَ،

“Orang yang menjenguk orang sakit berada dalam taman buah di surga sampai dia pulang.”

Dalam riwayat lain,

مَنْ عَادَ مَرِيْضًا لَمْ يَزَلْ فِيْ خُرْفَةِ الْجَنَّةِ، قِيْلَ يَا رَسُوْلَ اللهِ! وَمَا خُرْفَةُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ جَنَاهَا،

“Barangsiapa menjenguk orang sakit, maka dia terus menerus berada dalam Khurfatul Jannah, di tanyakan, “Wahai Rasulullah, Apa itu Khurfatul Jannah?” Beliau bersabda, “Buah surga yang siap dipetik.”

Maksudnya, dia berada dalam taman di surga, dia memetik buah apa saja yang dia kehendaki dan mengambil buah apa saja yang dia inginkan.

At-Tirmidzi meriwatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ عَادَ مَرِيْضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِي اللهِ نَادَ لَهُ مُنَادٍ : أَنْ طِبْتَ وطَابَ مَمْشَاكَ, وَتَبَوَّأْتَ مِنَ الْجَنَّةِ مَنْزِلًا،

“Barangsiapa menjenguk orang sakit atau manziarahi saudaranya fillah, maka seorang penyeru (malaikat) memanggilnya, “Semoga engkau baik serta baik pula langkahmu (menuju surga), dan semoga engkau telah siap menempati tempatmu di surga.” (H.R Tirmidzi, hasan)

Hadits-hadits dalam bab ini cukup banyak.

Disunnahkan bagi seorang muslim yang menjenguk untuk menenangkan orang yang sakit, membantu meringankan penderitaannya, dan mengingatkannya tentang pahala dari Allah bahwa sakit itu akan menghapus dan membersihkan dosa.

Di dalam Shahih Bukhari dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah masuk menjenguk seorang arab badui. Ibnu Abbas berkata,

أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَى أَعْرَبِيٍّ يَعُوْدُهُ فَقَالَ: لَا بَأْسَ طَهُوْرٌ إِنْ شَاءَ اللهُ قَالَ: قُلْتُ: طَهُورٌ! كَلَّا، بَلْ هِيَ حُمَّى تَفُوْرُ –أَوْ تَثُوْرُ- عَلَى شَيْخٍ كَبِيْرٍ تزيره القبور. فَقَالَ النَّبِيُّ صّلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “فَنَعَمْ إِذًا “

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah masuk menjenguk seorang a’raby (arab badui), beliau bersabda, “Tidak mengapa, (sakitmu ini sebagai) pembersih dosa insya Allah.” Aku (Ibnu Abbas) berkata, “Pembersih dosa?! Sekali-sekali tidak, bahkan ini adalah demam yang mendidih -atau bergejolak- pada seorang yang sudah tua renta, yang akan mengantarkannya kepada kubur.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kalau demikian, benar (ia adalah pengahapus dosa).” (H.R Bukhari)

Sabda beliau (طهور إن شاء الله) “Pembersih dosa insya Allah” adalah khabar mubtada’ (kalimat yang menerangkan-ed) yang dibuang, maksudnya (هو طهور لك من ذنوبك أي مطهر لك منها) “Sakit itu adalah pembersih bagimu dari dosa-dosamu, yakni yang membersihkan untukmu dari dosa-dosa tersebut. ”

Di dalam kitab Sunan Imam Abu Dawud dari Ummu Alaa’ Radhiyallahu ‘anha beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjengukku ketika aku sedang sakit, beliau bersabda,

أَبْشِرِي يَا أُمَّ الْعَلَاءِ، فَإِنَّ مَرْضَ الْمُسْلِمِ يُذْهِبُ اللهُ بِهِ خَطَايَاهُ كَمَا تُذْهِبُ النَّارُ خَبَثَ الذَّهَبِ وَ الْفِضَّةِ،

“Berbahagialah wahai Ummu Alaa’, sesungguhnya sakit yang diderita seorang muslim, dengan itu Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya sebagaimana api menghilangkan kotoran emas dan perak.” (H.R. Abu Dawud, shahih)

Di dalam Shahih Muslim dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah masuk menjenguk Ummu Saib atau Ummul Musayyib Radhiyallahu ‘anha, beliau bersabda,

مَا لَكِ يَا أُمَّ السَّائِبِ أَوْ أُمَّ الْمُسَيِّبِ تُزَفْزِفِيْنَ (أَيْ تَرْعَدِيْنَ)، قَالَتْ: الْحُمَّى لَا بَرَكَ اللهُ فِيْهَا، فَقَالَ: لَا تَسُبِّي الْحُمَّى فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِيِ آدَمَ كَمَا يُذْهِبُ الكِيْرُ خَبَثَ الْحَدِيْدِ،

“Apa yang terjadi denganmu wahai Ummu Saib atau Ummul Musayyib sehingga engkau gemetar?” Beliau menjawab, ”Demam, semoga Allah tidak memberkahinya.” Rasulullah bersabda, “Janganlah engkau mencela demam, sesungguhnya demam itu melenyapkan kesalahan-kesalahan anak Adam sebagaimana bara api menghilangkan karat besi.” (H.R. Muslim)

Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab Adabul Mufrad, dari Sa’id bin Wahb beliau berkata, “Aku bersama Salman (al-Farisi) menjenguk seseorang yang sedang sakit di Kindah. Ketika beliau masuk ke tempat orang tersebut beliau berkata, “Berbahagialah, sesungguhnya sakit yang diderita seorang mukmin Allah jadikan sebagai penebus dosa dan teguran baginya. Dan sesungguhnya sakit yang dialami orang kafir seperti onta yang diikat oleh pemiliknya kemudian dilepaskan kembali. Onta itu tidak tahu kenapa dia diikat dan kenapa dia dilepaskan.” (H.R Muslim)

Salman al-Farisi memberi kabar gembira kepada orang tersebut dan mengingatkannya bahwa musibah yang menimpa seorang mukmin pada tubuhnya, semua itu adalah penebus dosa-dosanya, sebagaimana dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda,

مَا يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حَزَنٍ وَلَا أَذًى وَ لَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ،

“Tidaklah seorang mukmin mengalami keletihan, kegundahan, kesedihan, gangguan, kegalauan, hingga duri yang mengenainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dengan hal tersebut.” (H.R Bukhari dan Muslim)

Maksud perkataan beliau ‘Sebagai teguran baginya’; Sesungguhnya ketika seseorang dalam kondisi sakit maka dia akan mudah teringat akan dosa-dosanya, mengetahui kesalahan-kesalahan dan kekurangannya. Oleh karena itu sakit yang dialaminya menjadi teguran bagi dirinya atas kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuatnya, sekaligus sebagai pendorong untuk bertaubat dari kesalahan-kesalahan tersebut dan berusaha mencari keridhaan Allah. Inilah yang terjadi pada diri seorang mukmin. Adapun orang-orang kafir, keadaannya ketika sakit seperti seekor onta yang diikat oleh pemiliknya dengan sebuah tali kemudian dilepaskan kembali. Onta itu tidak tahu kenapa ia diikat dan kenapa dilepas lagi. Dia terus menerus dalam kesombongan dan kekafirannya. Dia tidak mendapatkan ‘ibrah (pelajaran) dan nasehat dari sakitnya itu.

Seyogyanya bagi orang yang hendak menjenguk orang sakit agar memilih waktu yang tepat, karena tujuan menjenguk adalah membahagiakan orang sakit dan mengobati kesedihan hatinya, bukan malah membawakan kesusahan dan kesempitan. Oleh karena itu, tidak boleh terlalu lama berbincang-bincang ataupun duduk-duduk bersama orang yang sedang sakit, terkecuali jika orang yang sakit menyukai hal tersebut disamping ada manfaat dan maslahatnya.

Di antara sunnah bagi orang yang menjenguk adalah duduk di dekat kepala orang yang sakit. Di dalam Kitab Adabul Mufrad karya Imam Bukhari Rahimahullah, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata,

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ r إِذَا عَادَ الْمَرِيْضَ جَلَسَ عِنْدَ رَأْسِهِ، ثُمَّ قَالَ سَبْعَ مِرَارٍ: أَسْأَلُ اللهَ الْعَظِيْمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمَ أَنْ يَشْفِيَكَ، فَإِنْ كَانَ فِيْ أَجَلِهِ تَأْخِيْرٌ عُفِيَ مِنْ وَجَعِهِ،

“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila menjenguk orang sakit beliau duduk di dekat kepala orang tersebut. Kemudian beliau berucap sebanyak tujuh kali. “Aku memohon kepada Allah yang Maha Agung, pemilik ‘Arsy yang besar untuk menyembuhkanmu. Maka apabila dalam ajalnya yang datang kemudian, semoga dia diselamatkan (dibebaskan) dari rasa sakitnya.”(H.R Bukhari)

Termasuk sunnah menjenguk orang sakit adalah meletakkan tangan pada tubuh orang sakit ketika hendak mendoakan kesembuhan baginya. Di dalam Shahih Bukhari dan Muslim, ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk Sa’ad bin Abi Waqqas Radhiyallahu ‘anhu, beliau meletakkan tangannya pada dahi Sa’ad, kemudian beliau mengusap wajah dan dan perut Sa’ad. Kemudian beliau bersabda,

اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا،

“Ya Allah, sembuhkanlah Sa’ad.” (H.R Bukhari)

Meletakkan tangan pada orang sakit hendaklah dilakukan dengan pelan, tahu bahwa dia sedang menderita dan kondisinya lemah, dan hendaklah berlemah lembut dengannya.

Kemudian, hendaklah orang yang menjenguk menasehati orang sakit agar banyak berdoa, tidak berkata-kata di dekat orang sakit kecuali dengan perkataan yang baik. Dalam Shahih Muslim dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha beliau berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا حَضَرْتُمُ الْمَرِيْضَ أَوِ الْمَيِّتَ فَقُوْلُوْا خَيْراً فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُوْنَ عَلَى مَا تَقُوْلُوْنَ،

“Apabila kalian mendatangi orang sakit atau orang yang meninggal dunia, hendaklah kalian mengucapkan kata-kata yang baik (mendoakannya), karena sungguh malaikat akan mengamini doa yang kalian ucapkan.” (H.R Muslim)

Hendaklah seseorang memilih doa yang paling lengkap dan bersemangat menggunakan doa-doa yang datang dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesungguhnya doa-doa tersebut adalah doa-doa yang penuh berkah dan mengumpulkan seluruh kebaikan serta terpelihara dari kesalahan dan kekeliruan, seperti mengucapkan;

اللَّهُمَّ اشْفِ فُلَانًا،

“Ya Allah, sembuhkanlah si Fulan..”

Atau mengucapkan,

طَهُوْرٌ إِنْشَاءَ الله،

“Pembersih dosa, insya Allah.”

Atau mengucapkan,

أَسْئَلُ اللهَ الْعَظِيْمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ أَنْ يَشْفِيَكَ،

“Aku memohon kepada Allah, Pemilik ‘Arsy yang besar untuk menyembuhkannmu.”

Atau mengucapkan,

أللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ، أَذْهِبِ الْبَأْسَ، وَشْفِهِ أَنْتَ الشَّافِيْ، لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَماً،

“Ya Allah Rabb sekalian manusia, hilangkanlah penyakit, sembuhkanlah dia, Engkaulah Dzat Yang Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak menyisakan penyakit.”

Telah lewat pembahasan makna hadits-hadits tersebut di bagian awal kitab ini.

Atau hendaknya orang yang menjenguk meruqyah orang yang sedang sakit dengan surah al-Fatihah dan Mu’awwidzaat (Surah al-Falaq, an-Naas, dan al-Ikhlas). Telah lewat hadits Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu dan hadits ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha berkenaan dengan hal tersebut.

Atau meruqyah orang sakit dengan doa berikut,

بِسْمِ اللهِ أَرْقِيْكَ مِنْ كُلِّ شَيْئٍ يُؤْذِيْكَ ، مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ ، أَوْ عَيْنٍ حَاسِدَةٍ،

“Dengan nama Allah aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang mengganggumu, dari keburukan setiap hembusan (sihir) atau pandangan mata yang dengki (‘ain).”

Doa ini merupakan doa Jibril ketika meruqyah Nabi Shallallau ‘alaihi wa sallam di saat beliau sedang sakit.

Atau dengan membaca doa yang tertera dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendokan seseorang yang sedang sakit:

بِسْمِ اللهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا، بِرِيْقَةِ بَعْضِنَا، يُشْفَى بِهِ سَقِيْمُنَا بِإِذْنِ رَبِّنَا،

“Bismillah, tanah bumi kami, dengan air ludah sebagian (orang beriman) dari kami, semoga disembuhkan orang-orang sakit di antara kami, dengan sizin Rabb kami.” (H.R Bukhari dan Muslim)

Sudah seharusnya bagi orang yang sehat untuk mengambil nasehat dan pelajaran ketika melihat orang sakit, lalu memuji Allah atas nikmat kesehatan sembari terus memohon kesehatan dan keselamatan kepada Allah, serta tidak lupa mendokan kesembuhan dan kesehatan bagi saudara-saudaranya yang sedang sakit.

Kita memohon kepada Allah agar menyembuhkan orang-orang yang sedang sakit di antara kita dan kaum muslimin semuanya. Semoga Allah memberikan kesehatan dan keselamatan bagi kita semua, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa.

Diambil dari kitabAt-Tabyiin li Da’awatil Mardha wal MushabiinkaryaSyaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badrhafidzahullah

Mungkin Artikel tentang Doa Menjenguk Orang Sakit dicukupkan sekian, mohon maaf bila ada tulisan yang kurang memuaskan.
Advertisement